Siapa Saja Pengembang yang Siap Untuk Melantai di Bursa Efek Indonesia?

February 25, 2019

Di tahun 2019 ini tercatat sejumlah lima pengembang siap melantai di Bursa Efek Indonesia. Siapakah lima pengembang tersebut?

Kelima pengembang ini telah membuat target nominal raihan dana segar, yaitu sejumlah 200 hingga 300 miliar rupiah dalam IPO (Initial Public Offering) atau penawaran perdana saham.

Mereka memutuskan untuk menggunakan dana tersebut sebagai tambahan dalam ekspansi, pembelian lahan (landbank), serta akusisi proyek.

Hal tersebut diungkapkan dalam bentuk rangkuman oleh Presiden Direktur, Direktur Utama, maupun Chief Executive Officer dari lima pengembang yang akan melantai di bursa. Berikut daftar lima pengembang tersebut :

1. Morning Star Capital

2. Riyadh Group Indonesia

3. PT Capri Nusa Satu Property

4. Relife Property

5. Vier Corporation Limited

Dari Morning Star Capital hadir Dendo Valentino selaku CEO disana, Bally Saputra sebagai Presiden Direktur dari Riyadh Group Indonesia. Tak ketinggalan Vier Abdul Jamal yang merupakan CEO Vier Corporation Limited, Jansen Surbakti sebagai Direktur Utama di PT Capri Nusa Satu Property, dan yang terakhir Ghofar Rozaq Nazila Direktur Utama Relife Property.

Dendo Valentino menyatakan kelima pengembang ini menargetkan untuk terjun ke pasar modal di bulan Januari atau Febuari 2019.

Ia menambahkan bahwa saat ini nilai IPO yang biasa mendapat respon adalah nominal dibawah 500 miliar rupiah, dengan transaksi harian di pasar modal berkisar 5 hingga 6 triliun rupiah.

Dari nominal tersebut, target para pengembang yang hanya ada di nominal 200 hingga 300 miliar saja dipastikan akan sukses dan mudah direspon pasar.

Dendo juga menjelaskan laporan keuangan yang diapakai adalah laporan berrentang waktu per September 2018.

“Hampir semuanya sudah paham apa saja manfaat melantai di pasar modal, kami tinggal membantu cara masuknya saja” tuturnya.

Dari sisi Vier Abdul Jamal, ia menilai bahwa pembiayaan dari pasar modal sangatlah penting untuk bisnis di sektor properti. Dari pengalamannya saat membantu Forza Land, ia menilai respon pasar pada sektor properti sangatlah bagus.

“Market Forza Land meningkat dari 500 miliar menjadi 1,5 triliun. Dana yang ditujukan ke IPO bervariasi, Riyadh Group melepas sahamnya sebesar 30%, dan mentargetkan adanya dana segar dengan nominal 260 hingga 300 miliar rupiah” paparnya.

Bally Saputra selaku Presiden Direktur Riyadh Group Indonesia menjelaskan bahwa dana hasil IPO perusahaannya akan dipakai untuk ekspansi proyek dan akusisi di Malaysia.

Sebanyak 65% saham Riyadh Group Indonesia akan diakusisi menjadi dua perusahaan properti disana. Dua perusahaan tersebut adalah Horizon KLPO dan Mainstay Properties.

“Saat proses due dilligence selesai, Riyadh Group Indonesia akan melakukan rebranding nama serta membuat strategi dan konsep pemasaran Space U8 Mall yangmana sekarang ini mempunyai okupansi dibawah 50%”.

“Konsep dan nama dipadupadankan dengan identitas ciri khas kedua negara serumpun ini” tambah Bally Saputra.

Vier Abdul Jamar sendiri menilai prospek Riyadh Group dalam mengadakan akusisi tersebut akan memberi dampak yang sangat potensial.

Lokasi proyek yang strategis, mall premium dengan konsep factory outlet menjadi faktor utama betapa ide tersebut berpotensi baik di Malaysia. Konsep mall tersebut mulai dioperasikan pada Oktober 2018 lalu.

Ghofar Rozaq sebagai Direktur Utama Relife Property menyatakan pihaknya akan menggunakan dana IPO untuk memperkuat korporasi.

Ghofar mengungkapkan “Dana yang didapat dari IPO akan kami gunakan untuk melakukan ekspansi, menambah landbank, serta meningkatkan ekuiti”.

Sementara itu, PT Capri Nusa Satu berencana mengembangkan proyek properti wisata (leisure property).

“Dana dari IPO ini akan kami gunakan untuk ekspansi” ungkap Jansen selaku Direktur Utama.

Proyek yang akan digarap berupa resort yang berdomisili di Nusa Penida, Bali. “kami memperkirakan merengkuh sekitar 150 miliar di tahap awal” tambahnya.

read more news

open newsroom